TITIKOMAPOST. COM, SAMPIT – Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Sampit sukses lakukan uji coba pemanduan kapal dengan mengunakan sistem E-Pilotage di alur pelayaran pemanduan luar biasa di wilayah Sampit hingga ke daerah DLKr dan DLKp terjauh.
Langkah itu diakui Kepala KSOP Kelas III Sampit, Capt. Hermawan sebagai upaya menggali potensi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor pemanduan yang dikembangkan dengan sistem E-Pilotage menggunakan MPas 70 bagi kapal-kapal maupun Tugboat saat mengandeng Tongkang melitas dari Sampit menuju TUKS terjauh disamping tujuan utamanya adalah demi keselamatan pelayaran.

Pemanduan yang sudah ada dari muara sebagai boarding ground pemanduan milik Pelindo sampai Sampit merupakan alur pelayaran wajib pandu, sedang dari Sampit sampai daerah DLKr dan DLKp terujung dari KSOP Sampit sebagai wilayah Tersus atau Terminal Khusus terjauh yang merupakan alur pelayaran luar biasa inilah yang diupayakan oleh KSOP Sampit dengan menggandeng BUP yang sudah memiliki jam terbang dibidang pemanduan, yaitu PT KBS untuk menyelenggarakan pemanduan luar biasa E-Pilotage tersebut.
“Kalau dari muara ke sampit di alur wajib pandu sudah dikelolah oleh Pelindo, tapi yang alur tidak wajib pandu atau alur pemanduan luar biasa kita percayakan pada PT KBS setelah sebelumnya kita tawarkan kepada semua pihak yang mempunyai kopetensi hal pemanduan,” jelasnya, Senin (5/5/2025).
Menurut Capt. Hermawan, pihaknya mencoba menggali semua potensi bidang usaha yang bisa memberi sumbang sih kepada pendapatan negara melalui PNBP dengan besaran 3 persen dari hasil konsesinya, salah satunya saat ini dilakukan bidang pemanduan luar biasa dengan teknologi E-Pilotage terhadap Tugboat TB. Karya Makmur Abadi III mengandeng Tongkang TK. Sherin 03 yang dilakukan oleh PT KBS.
“Alhamdulillah, hasilnya uji coba pemanduan memuaskan berjalan seperti apa yang kita harapkan pada uji coba e-pilotage dengan menggunakan MPas 70. Hasilnya bagus, akurasinya tepat,” ungkapnya.

Teknik dengan menggunakan teknologi digital MPas 70 yang di pantau melalui monitor MCC KSOP Sampit, lanjut Capt. Hermawan dalam pemanduan khususnya pada tugboat bersama togkangnya yang ditempatkan pada keduanya mampu meminimalisir resiko tongkang liar saat melintas di alur ketika melewati jembatan.
“Penempatan MPas 70 pada keduanya adalah upaya menekan resiko seperti banyak terjadi kecelakaan tongkang tabrak jembatan,” tandas mantan KSOP Tarakan itu.
Bagi Capt. Hermawan, MPas 70 yang dioperasikan dengan pantauan melalui monitor MCC atau Marine Coordination Center yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) sebagai pusat integrasi data maritim, dan berfungsi untuk mengkoordinasikan informasi keselamatan pelayaran dan terintegrasi dengan berbagai sistem seperti Stasiun Radio Pantai (SROP), Vessel Traffic Services (VTS), dan Stasiun NAVTEX akan sangat membantu bagi kapal-kapal yang melintas alur pelayaran luar biasa.
“Khususnya pemanduan luar biasa e-pilotage di perairan Sampit itu kita laksanakan sebagai upaya menjamin keselamatan pelayaran,” pungkasnya. (RG)