SISWA STRES MOGOK SEKOLAH LANTARAN SYOK AKIBAT DI BULLY GURU
SURABAYA – Buntut pelarangan salah satu siswanya untuk mengikuti ujian tengah semester akibat belum lunas membayar uang SPP bulan Maret 2019 yang dibarengi umpatan oleh salah seorang guru dengan kata-kata yang kurang menyenangkan. Hal itu diakui oleh Kepala sekolah SMK Pawiyatan Surabaya, LAN Hasyim kepada beberapa wartawan yang tergabung dalam Aliansi Wartawan Surabaya (AWS), Kamis (14/3/2019).
“Setelah saya tanya kepada salah satu guru (pak Asmuni.red) kenapa tidak boleh ikut ujian, katanya disuruh pulang agar memanggil orang tuanya tapi mungkin penyampainya kepada orang tuanya lain,” ujarnya kepada wartawan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis, (14/3/2019).
Namun, lanjut Hasyim, beberapa hari kemudian siswa kami atas nama , Alda Ladysta kelas 1 AP datang bersama orang tuanya, saat itu saya baru tahu persoalannya. Untuk itu kami kasih kebijakan agar dapat ikut ujian dengan memo yang saya keluarkan guna disampaikan kepada guru penjaga ujian di kelas.
“Tidak ada kebijakan melarang anak tidak ikut ujian lantaran belum bayar SPP satu bulan sedang yang tahunan aja ada masih kita perbolehkan,” terang Hasyim.
Perkara intimidasi bahwa siswa ini diancam oleh seorang guru (Rauli.red) yang kebetulan juga sebagai ketua jurusan AP yang juga diambil Alda dengan kata-kata ‘“Percuma kamu masuk sekolah, tidak akan naik kelas’, Hasyim mengaku juga baru tahu setelah ada pemberitaan di media.
“Yang menentukan kenaikan itu bukan seorang guru tapi hasil rapat dari dewan guru dan penentu kebijakan terakhir ada di tangan kepala sekolah. Jadi tidak benar kalau guru bisa mengatakan seperti itu. Itu yang saya sayangkan kenapa ada pernyataan seperti itu,” tegas Hasyim.
Kemarin sebenarnya kami telah menugaskan dua orang guru untuk mendatangi rumah Alda siswa kami dan bertemu sama dia dengan berbincang-bincang agar bisa masuk sekolah dan mengikuti ujian.
“Kalau memang anaknya masuk sekolah maka kita beri kesempatan untuk ikut ujian susulan dan jika lancar dijamin bisa naik kelas,” tandas laki-laki asal Sulawesi Tenggara itu.
Kami juga sudah merayu Alda agar mau sekolah lagi yang telah disampaikan guru yang kami tugasi ke rumahnya.
“Laopo seh Da kok ngak gelem sekolah (Kenapa sih Alda Kok Tidak Mau Sekolah. Jawa) sudahlah jangan dengerkan bu Rauli karena karakternya kan memang seperti itu,” imbuh salah seorang guru yang datang ke rumah Alda.
Atas tindakan yang dilakukan oleh guru Rauli, Hasyim berjanji akan memanggilnya yang sekalian kita akan dudukan kedua belah pihak dengan siswa kami Alda beserta orang tuanya guna meluruskan miskomunikasi yang terjadi.
“Kami besok pagi akan memanggil baik bu Ruali maupun siswa beserta orang tuannya agar persoalannya lebih jelas,” ucapnya.
Bahkan, Hasyim akan melakukan tindak peringatan kepada guru Rauli yang juga telah kami sampaikan secara lisan kepada yayasan dan tentunya akan kita lanjutkan sesuai dengan aturan dari yayasan. Namun saat ini kami belum bisa memutuskan karena belum jelas persoalan umpatan tersebut.
“Kita tunggu besok aja mas agar lebih jelas karena kita juga mendengar langsung dari keterangan dari bu Rauli sendiri,” tutur Hasyim.
Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa semangat pemerintah untuk mencerdaskan bangsa dengan mendorong agar anak bangsa bisa mengenyam pendidikan nampaknya bertepuk sebelah tangan. Pasalnya, masih ada sekolah yang lantaran siswanya belum bayar SPP sebulan diancam tidak dapat mengikuti ujian kenaikan sekolah.
Nasip itu dialami, Alda Ladysta siswi kelas 1 AP SMK Pawiyatan Jl Simo Mulyo, Surabaya memilih tidak mau sekolah lantaran mendapat perlakukan yang kurang baik dari oknum guru sehingga dia malu sekolah dan memilih mengurung diri di rumahnya.
“Saya disuruh pulang oleh pak Asmuni alasanya karena belum bayar SPP,” kata orang tua Alda, Widyati saat dikunjungi Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) di rumahnya jalan Jelindro Gg 3 buntu Surabaya, Rabu ( 14/3/2019).
Dan setelah dirinya telah menghadap Kepala Sekolah (Keosek) dan berjanji akan membayarnya SPP Maret sebesar Rp 350 Ribu pada bulan berikutnya dan akhirnya diberi memo untuk disampikan kepada guru penjaga ujian guna anaknya busa ikut ujian sekolah.
“Kami diberi memo untuk alda guna bisa mengikuti ujian dari Kepala Sekolah,” terangnya.
Namun, tatkala putrinya Alda masuk sekolah untuk mengikuti ujian hari pertama mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari oknum guru yang membuat anaknya malu dan tidak lagi mau ke sekolah.
“Percuma kamu masuk sekolah, tidak akan naik kelas,” ucap Alda menirukan kata seorang guru bernama Rauli saat itu.
Itu yang menjadi persoalan hingga sekarang pihak sekolah akan melakukan tindakan kepada oknum guru yang telah mengumpat siswanya. (RG)