Baru Satu Semester KuliahTaruna Poltekpel Surabaya Tewas di Kampus

287
Ilustrasi: wisuda Taruna Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya.

titikomapost.com, SURABAYA – Kekerasan dunia pendidikan khususnya di lingkungan sekolah berbau semi militer masih kerap terjadi. Terbaru terjadi di kampus Politeknik Surabaya yang merupakan asuhan dari Badan Pengembangan sumber daya manusia (SDM) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, meski rel ketegasan adanya larangan bentuk kekerasan terhadap siswa selama pembelajaran di garis bawahi dalam aturan mainnya.

Atas kejadian itu, pihak Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya telah mengakui adanya insiden dugaan perundungan disertai kekerasan hingga menewaskan salah satu siswa atau Taruna berinisial MRFA (19) asal Mojokerto, Jatim, Senin (6/2/2023) dini hari.

MRFA merupakan taruna muda atau siswa jurusan transportasi laut Poltekpel Surabaya yang
sedang menempuh pendidikan semester pertama bulan kelima pada tahun ajaran 2022.

Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya Heru Widada mengatakan, pihaknya telah menyerahkan proses penyelidikan dan penyidikan atas kasus dugaan kekerasan fisik tersebut kepada pihak Polrestabes Surabaya.

“Untuk sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9-12 orang, di Polrestabes Surabaya. Sudah berjalan sejak tadi siang. Hingga saat ini,”  ujarnya saat ditemui awak media di kantornya Gedung Poltekpel Surabaya, Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023).

Baca Juga  Pelindo Hidupkan Program JASTIP  di Pelabuhan Tanjung Perak

Sejumlah siswa atau mahasiswa yang diperiksa diantaranya berasal dari kalangan teman satu angkatan korban, termasuk kalangan senior korban, yang diduga terlibat dalam insiden dugaan kekerasan fisik tersebut.

Heru menegaskan, pihaknya tetap kooperatif, terbuka dan transparan terhadap proses penyelidikan dan penyidikan yang sedang dilakukan oleh pihak Polrestabes Surabaya hingga saat ini.

“Tentunya kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas luas, seterang benderangnya. Apa yang gerangan terjadi, pada malam senin tersebut,” jelasnya.

Heru juga menambahkan, pihaknya bakal memberikan sanksi hukum maksimal secara kelembagaan yakni dengan sanksi pemecatan sebagai siswa atau dikeluarkan dari Poltekpel Surabaya terhadap mahasiswa yang secara hukum teebukti terlibat dalam kasus tersebut.

“Nanti tentunya, kalau ada tindak pidana, kami akan serahkan, ke pihak polisi. Kalau dari sisi aturan pendidikan dan arahan kepala bidang pengembangan SDM perhubungan sudah jelas, menguntuk keras tindakan tindakan itu. Dan tentunya akan disanksi, dan sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan,” tandas Heru.

Heru mewakili jajaran civitas akademika Poltekpel Surabaya, dan Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kemenhub RI, menyampaikan bela sungkawa atas insiden tak pernah terduga tersebut.

Baca Juga  Edukasi Masyarakat Tertib dan Taat Pajak Tim Pembina Samsat Surabaya Gelar Operasi Gabungan

“Tadi saya bersama dengan teman teman juga menghadiri pemakamannya, bertemu dengan orangtuanya, ketemu dengan neneknya. Karena Rio ini, merupakan cucu yang sangat disayang oleh neneknya, dan dia taat beribadah,” terangnya.

Atas insiden itu, Heru menjamin tidak akan terulang untuk kesekian kali. Pihaknya akan melakukan evaluasi secara menyeluruh dari segi sarana dan prasarana. Termasuk, sistem pendidikan dan pengajaran di dalam kelembagaan.

“Pengawasan yang kami lakukan. Kami sudah menempatkan SDM. Kami sudah memasang CCTV. Tidak hanya itu, kami juga memberikan Pembekalan-pembekalan agama. Karena ada Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Kami punya pendamping pendampingan untuk memberikan pembekalan agar hatinya ini tersentuh,” ujarnya.

“Karena kembali lagi ini dari hati, kami sudah menyiapkan sarana dan prasarana untuk pengawasan tapi kalau hatinya ini tidak tersebut, akan ada muncul lagi,” imbuhnya.

Sebelumnya, dilansir dari suryamalang.com, MRFA (19) asal Mojokerto, Jatim, yang merupakan mahasiswa atau taruna muda dari sebuah kampus politeknik Surabaya, dipulangkan oleh pihak kampus dalam keadaan tak bernyawa, pada Senin (6/2/2023) dini hari.

Baca Juga  Apresiasi Kesiagaan Petugas Pos Pelayanan, Jasa Raharja Madiun Serahkan Bingkisan Aksi Simpatik

Pihak keluarga korban menduga kuat, tewasnya remaja bertubuh tinggi berkulit sawo matang itu, karena menjadi korban perundungan yang diseratai senang kekerasan fisik oleh kalangan seniornya.
Pasalnya, pihak keluarga menemukan sejumlah bukti kasat mata, yakni bekas luka memar dan bercak darah pada beberapa bagian kulit luar tubuh korban.

“Dapat kabar anak saya meninggal itu jam pukul 22.48. Dikabari dokter W poltekpel, kalau anak saya sudah meningggal ada di rumah sakit Sukolilo Surabaya,” kata M. Yani ayahanda korban saat ditemui awak media di halaman Mapolsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023). (RG/red)

Titikomapost.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE