Kepulangan Pengungsi Sulawesi Tengah Sempat Terlantar Di Tanjung Perak

44
Saat pendataan para pengungsi korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah seduai tujuan masing-masing.

SURABAYA – Pemulangan  korban gempa dan tsunami Palu, Dongggala dan Sigi yang di angkut dengan mengunakan kapal Laut hendak mengungsi meninggalkan harta bendanya pulang ke sanak-saudaranya di Jawa sepertinya kurang adanya koordinasi antara pemerintah daerah Sulawesi Tengah dengan pemerintah Jawa Timur. Pasalnya, banyak para korban yang turun di Pelabuhan Tanjung Perak sempat terlantar dan mengeluh diawal-awalnya.

“Memang arus kedatangan para korban gempa dan tsunami dari Sulawesi Tengah dari hari Minggu sampai hari ini mulai berdatangan dengan mengunakan kapal Pelni dan Swasta yang rata-rata 200 an orang,” ujar Petugas pos Dermaga Jamrud Utara Pelabuhan Tanjung Perak, Selasa (9/10/2018).

Namun penaganannya yang dilakukan oleh pihak pemerintah Provinsi Jawa Timur kurang maksimal dan terkesan tidak ada koordinasi dengan pihak Sulawesi Tengah. Hal itu terlihat pada hari pertama, Minggu (7/10) kedatangan 240 orang pengunggsi gempa dan tsunami yang menggunakan kapal KM Santika dari pelabuhan Pantoloan Palu banyak para pengungsi tersebut yang mengeluh karena penanganan penjemputan dan pemulangannya dari Terminal penumppang Tanjung Perak tidak tersedia.

Baca Juga  Jasa Raharja Probolinggo Lakukan Intensifikasi dan Collection Rate Pajak Ranmor serta Koordinasi Dengan RS Djatiroto Lumajang

“Memang sebagian dapat penjemputan khususnya warga Sumenep Madura yang berjumlah 38 orang di fasilitasi dengan menggunakan Bus Provinsi Jawa Timur tapi sisahnya yang lebih banyak tujuan Blitar dan Tulungagung terlantar meski ada satu Bus lagi tersisah,” terang petugas yang engan disebut namanya.

Disamping itu, pada saat itu posko dalam keadaan kosong sehingga para korban yang hendak pulang ke daerahnya masing-masing merasa kebingungan.

“Kalau memang harus bayar tidak apa-apa pak…yang penting kita bisa segera pulang,” kata beberapa orang pengungsi yang hendak pulang ke Blitar dan Tulungangung.

Untung, hari kedua kedatangan pengungsi korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah sebanyak 270 orang pada Senin (8/10) yang mengunakan kapal KM Ngapulu dari pelabuhan Makassar sudah ada penjemputan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.

“Yang paling banyak pemulangan ke Madura ada 200 orang sedang yang ke Sragen Jawa Tengah hanya tiga orang,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur Sriyono mengatakan, pihaknya agak terlambat datang karena karena baru pukul delapan belasan mendapat kabar dari posko TNI kalau ada kedatangan pengungsi sehingga segera bergerak ke Tanjung Perak.

Baca Juga  Operasi Gabungan Samsat Surabaya Timur Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Tertib Pajak Ranmor

“Malam ini keseluruhan pengungsi yang tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya berjumlah 251 orang,” tutur Sriyono saat ditemui usai mendata kedatangan pengungsi di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Selasa malam.

Para pengungsi itu tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan menumpang Kapal Motor (KM) Labobar, milik PT Pelayaran Indonesia (Pelni), yang berangkat dari Pelabuhan Pantoloan, Palu. Mereka adalah korban gempa dan tsunami Palu asal berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali dan Sumatera.

“Terdata pengungsi terbanyak yang tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tadi malam berasal dari berbagai kabupaten/ kota di Jawa Tengah, yang berjumlah 36 orang, serta dari Bandung, Jawa Barat, berjumlah tujuh orang,” jelasnya..

Selain itu juga terdapat pengungsi asal berbagai kabupaten/ kota di Bali, yang berjumlah 23 orang, serta dari berbagai kabupaten/ kota di Sumatera berjumlah tujuh orang. Dari Jawa Timur, pengungsi korban gempa dan tsunami Palu yang tiba semalam terbanyak berasal dari Kota Surabaya, berjumlah 41 orang. Selain itu dari Lamongan berjumlah 24 orang, serta dari Jember 21 orang.

Baca Juga  Bangun Kesadaran Masyarakat Akan Pajak Ranmor, Samsat Surabaya Barat Gelar Operasi Gabungan

“Kami tidak membedabedakan pengungsi korban bencana Palu asal Jawa Timur ataupun dari provinsi lainnya. Semuanya yang tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya kami tanggung biaya kepulangannya sampai tujuan,” ucap Sriyono.

BPBD Provinsi Jawa Timur, lanjut dia, telah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Terminal Purabaya Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, untuk memfasilitasi transportasi bagi kepulangan seluruh pengungsi korban bencana gempa dan tsunami Palu ke daerah tujuannya masing-masing.

“Dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini, para pengungsi kami antar ke Terminal Purabaya. Bagi yang armada transportasi busnya sudah tersedia bisa langsung berangkat ke daerah yang dituju. Sedangkan jika armada transportasinya baru berangkat besok pagi, kami sediakan akomodasi penginapan dan makanannya,” pungkasnya. (RG)

 

Titikomapost.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE